Kamis, 31 Januari 2013

Elegi Kupu Kupu Malam


Aku masuk ke dunia ini bukan karena keadaan ekonomi yang kacau. Tidak. Ibuku cukup mampu menyekolahkanku hingga aku sarjana tanpa aku harus bekerja. Ayahku meski jarang menemuiku namun suplai keuanganku tetap mengalir lancar. Lalu kenapa? Apa sebabnya? Karena aku memang dilahirkan sebagai pelacur, mungkin memang begitu.
Ibuku dulu berprofesi sama sepertiku namun ketika bertemu ayahku dia meninggalkan profesinya. Dia membuka sebuah butik sekarang. Ayah menikahi ibu tanpa sepengetahuan kakek dan nenek. Karena mereka tidak setuju perkawinan itu hingga akhir hayatnya. Setelah meninggal mereka pun tidak lantas menikah karena ayah telah menikah dengan wanita lain. Pilihan kakek. Kini mereka telah mempunyai seorang anak yang hampir seumuran denganku. Dia kuliah di universitas yang sama denganku.
  Malam ini aku telah di bayar dengan bayaran yang cukup besar untuk menemani seorang pria, menurut informasi yang kudapat dia tak pernah menyentuh tubuh wanita manapun. Benarkah? Masihkah ada pria didunia ini yang tidak pernah menyentuh tubuh wanita?
Aku akan memberikan penampilan yang terbaikku malam ini. Sebuah gaun hitam halter neck dengan aksen renda dipadu sepatu stiletto emas. Aku memang dibayar sebagai wanita penghibur. Pelacur seperti itulah mereka menyebutku.
Pukul 21.00 aku telah berada di hotel, sesuai kesepakatan aku akan diantar menuju kamar orang itu. Ya, itu orang yang membayarku. Sekali lagi aku meneliti penampilanku.
“Sudah siap?”, tanyanya.
“Kapanpun anda siap tuan.”
“Orang ini memang sedikit kaku namun dia suka wanita cerdas. Dia tak suka wanita yang terlalu manja. Kau tak perlu tergesa-gesa melakukan tugasmu. Aku harap kau berhasil membuat dia relaks sejenak, jauh dari pacarnya.”
“Dia sudah punya pacar?”
“Tablet dan laptop yang selalu menemaninya. Mereka adalah pacarnya.”
“Tuan bisa saja bercandanya.”
“Okay inilah kamarnya. Semoga berhasil”
Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.
***
Pria ini begitu dingin. Dia tak berbicara denganku semenjak aku masuk tadi. Aku hanya duduk disebuah sofa bersebrangan dengannya. Dua gelas wine telah aku teguk untuk menghilangkan rasa canggung yang tak pernah menghampiriku. Dia hanya melirikku sekilas lalu kembali sibuk dengan tabletnya.
Apakah ada wanita yang sanggup hidup dengan pria ini? Aku mencoba mengalihkan kegugupanku namun gagal. Aku sudah berpengalaman dalam hal ini. Namun mengapa di depannya aku begitu tak berdaya? Dia bahkan belum tersenyum sekalipun.
“Kau bisa melakukan hal apapun yang kau sukai tapi tolong jangan ganggu aku. Dan kau bisa langsung tidur kalau kau mau,” akhirnya dia mengeluarkan suara bass-nya.
“Aku dibayar bukan untuk tidur sendiri, tuan. Aku dibayar untuk menemanimu agar anda merasa nyaman dan rileks,” aku menyilangkan kakiku, berharap perhatiannya teralih padaku.
“Apakah mereka memberimu kamera saku atau sejenisnya untuk membuktikan bahwa kau benar benar telah menyelesaikan kewajibanmu?”
“Saya hanya berusaha menyeimbangkan apa yang saya dapat dengan apa yang telah saya berikan.”
Akhirnya dia mengalihkan pandangannya kepadaku. Oh Tuhan, mata itu indah sekali. Aku terasa membeku di hadapannya.”Kamu tak harus tidur denganku supaya sepadan dengan apa yang kau dapat. Kau cukup tidak bersuara dan tidur dengan tenang.”
Aku tak pernah terfikir akan mendapatkan jawaban seperti itu dari seorang laki-laki yang membuat jantungku acak-acakan seperti ini. Ku beranikan diri menghampirinya duduk disampingnya. Mencoba mengintip. Dia menatap tajam kepadaku.
“Apa yang kau lakukan?”
“Mencoba mengajakmu bicara. Bisakah seorang pelacur jatuh cinta?”
“Apakah pelacur itu manusia?” aku terkesiap mendengar jawabannya.
“Tentu saja. Jika pelacur bisa jatuh cinta. Bisakah kau jatuh cinta? Aku tahu kau seorang manusia.”
“Aku bisa jatuh cinta. Mengapa kau bertanya seperti itu?”
“Bagaimana kau bisa jatuh cinta? Kau menutup dirimu. Tak akan ada wanita yang berani mendekatimu dengan sikap sedingin ini?”
“Kamu tak tahu apapun tentang diriku jadi jangan menilai diriku. Aku saat ini sedang jatuh cinta dengan seorang wanita, wanita yang belum aku kenal sepenuhnya namun aku yakin aku bisa mendapatkan cintanya. Aku akan setia padanya.”
“Aku yakin dia akan menjadi wanita paling bahagia dicintai pria sepertimu. Asalkan kau tak membawa soulmate-mu ini saat kalian kencan,” kataku sambil menunjuk tablet yang dia pegang. Aku memberinya sebuah senyuman termanisku.
Diluar dugaanku dia tertawa. Tawanya terdengar renyah. Kami menghabiskan sisa malam itu dengan bercerita panjang tentang kehidupan kami, cita-citanya, impian-impiannya. Dia bersikeras mengantarkan aku pulang ke apartemen. Dia kaget. Aku tahu untuk pelacur sepertiku apartemen tempat aku tinggal terasa sangat berlebihan, ini semua karena ayah dan ibuku tidak ingin aku mengalami hal-hal buruk karena profesiku.
***
Setelah malam itu dia sering menghubungiku hanya untuk menghilangkan kepenatannya saat makan siang. Aku pun juga sudah tak menerima job lagi. Aku jenuh dengan kehidupan seperti ini. Aku mulai menginginkan kehidupan normal.
Kami sering menghabiskan akhir pekan bersama. Dia juga sering mengantarkan aku mengunjungi panti asuhan yang selama ini rutin aku kunjungi. Dia tampak muda dan bersemangat bersama anak-anak itu. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
“Apa yang ada di fikiranmu?”, dia meninggalkan anak-anak bermain sendiri.
“Kau tampak gembira dan lebih muda. Minumlah,” kataku sambil mengulurkan minuman kesukaannya.
“Terima kasih. Pernahkah kau bermimpi suatu saat akan seperti ini? Dengan anak-anakmu sendiri.”
“Entahlah. Aku tak pernah bermimpi untuk menikah. Dengan profesi yang aku anggap masa lalu itu. Mana ada pria yang akan mau menikahiku? Ha ha ha,” kataku tak acuh. Aku merasa dia memandangku cukup lama.
“Tatapanmu itu mampu membunuhku. Aku rasa ini sudah cukup sore. Aku harus segera menyelesaikan skripsiku. Aku harus lulus semester ini.”
“Ya, kamu harus segera lulus.”
Aku tak menanyakan apa maksud perkataanya itu. Kami salling diam bergelut dengan pikiran kami masing-masing hingga dia mengantarkanku hingga depan apartemenku. Ucapan selamat malam adalah kalimat perpisahan kami malam itu.
Setelah malam itu dia kami tidak pernah bertemu lagi selama dua bulan. Dia tak menhubungiku, aku juga tak mencoba melakukannya. Aku disibukkan dengan persiapan sidang skripsi akhir bulan ini. Jika tak ada halangan pertengahan bulan depan aku akan diwisuda.
Aku melewati sidang dan wisudaku dengan lancar. Ayah dan ibu menghadiri acara wisudaku. Ibu dan adik tiriku juga datang. Sebuah keluarga yang sempurna bukan? Kami merayakan kelulusanku dengan makan malam di sebuah restoran ternama. Awalnya aku menolak namun di acara makan malam ini juga akan hadir ibu dan adik tiriku, aku tak mungkin mengecewakan mereka, mereka telah begitu baik kepada kami, mereka merestui hubungan ayah dan ibu.
Malam itu ibu mendesakku untuk segera mencari lelaki yang serius. Keluargaku telah mengetahui aku telah meninggalkan duniaku. Aku tak mampu menolak permintaan ibuku, namun siapa yang mau menerima diriku dengan masa lalu yang tak lazim?
Aku tak sengaja memandang ke arah meja sebelah. Aku mengenali seseorang sedang makan malam sendirian. Pria yang membuat jantungku acak-acakan dengan matanya, pria yang senyumnya mampu membuatku jatuh cinta.
Sebuah sms aku terima setelah aku berada di kamarku. Dia mengundangku makan malam untuk perayaan kelulusanku. Aku bingung harus bagaimana namun akhirnya aku memutuskan untuk menerima undangannya.
Dia menjemputku seperti janjinya. Dia membawaku makan malam di sebuah restoran dengan pemandangan yang tak biasa. Restoran ini terkenal di kalangan muda yang ingin menyatakan cinta. Apakah dia? Aku langsung menepis jauh-jauh pikiran itu. Kami hanya teman tidak lebih.
Kami makan seperti biasanya, banyak bersenda gurau. Dia jauh lebih ceria saat ini. Hingga...
“Aku telah menemui orang tuamu.”
“A-apa???” tak percaya aku mendengar ucapannya.
“Aku meminta ijin untuk memperistri dirimu. Kau wanita yang mampu membuatku sadar bahwa aku tak sempurna, aku membutuhkan satu tulang rusukku yang hilang. Aku yakin kau tulang rusukku.”
“Ini begitu mengagetkanku. Sadarkah kau akan masa laluku? Aku tak percaya kau melakukan ini tanpa meminta pendapatku,” aku berlari meninggalkannya.
Aku meninggalkannya begitu saja. Aku tak membiarkannya menjelaskan semuanya. Aku begitu terkejut. Semuanya begitu tiba-tiba. Aku tau aku juga mencintainya tapi ada sesuatu yang mencegahku.
Aku memutuskan untuk menjauh darinya dan keluargaku. Mereka tak henti-hentinya membujukku. Aku sudah memutuskan.

Frans yang ku sayang,
Maafkan aku meninggalkanmu malam itu. Sungguh aku berat untuk menolakmu. Aku begitu mencintaimu, sangat. Namun rasa takutku lebih besar bila suatu saat aku menyakitimu. Aku takut masa laluku akan menyaktimu. Aku takut mereka akan menggunakan masa laluku untuk menghancurkanmu, masa depanmu, karirmu. Sungguh aku tak sanggup bila itu terjadi padamu. Kamu tak pantas mederita karena diriku.
Aku akan menjauh darimu, kehidupanmu. Aku ingin kau mencari wanita lain yang lebih pantas mendapatkanmu. Lebih aman untuk karir dan masa depanmu.
Jangan mencariku. Berbahagialah Frans. Aku sealalu berdoa untuk dirimu
                                      Arneta, yang mencintaimu.


Aku telah masuk ke dalam taksi yang akan mengantarkanku ke bandara. Aku akan pergi jauh, ke tempat dia takkan pernah menemukanku. Aku telah menghubungi ayah dan ibu. Mereka tak bisa mencegah kepergianku. Aku berjanji akan sering memberi kabar pada mereka.
TAMAT

20 komentar:

  1. lha kok titlenya '' ? '' simplicity is good, but too much simple, will lead ppl to ignorance ,

    Btw nice work hun :)

    BalasHapus
  2. hehehe,,,,
    sebenernye ini aku kehilangan ide ditengah2 jalan bun,,,
    langsung buntu,,,
    aku sebenere jg ga mau post,,,
    bingung jg mau kasie judul pa,,,
    n this is it,,,

    BalasHapus
  3. Keeeereeeen,,,,,
    Suka ama sikapny Arneta,,,

    BalasHapus
  4. Naoki keren ceritanya tapi ada yg kurang ~~
    Kurang panjang cin

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhuhu pendek ajaa dulu mb,,,
      yang panjang ntar aja kalo dah canggih,,,xixixixi

      Hapus
  5. haha kerennn naooo... wah..wah.. untung endingnya gak sedih2 bgt ya.. hihiihi... masih ada masa depan untuk mereka. loves will find their ways.. asyikk.. :hug:

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe ini pruduk setengah gagal mi,,,
      hilang ide ditengah cerita,,,
      keep writing,,,

      Hapus
  6. Realita nih naoki
    Cinta blm tentu berjodoh
    Kerenn

    BalasHapus
  7. keren naoki, knapa nggak dlanjut...
    berkorban demi orang yang dcintai..xixixixiixii

    BalasHapus
    Balasan
    1. mb amanda belum ada ide buat lanjutin mb,,,
      bkn penulis sejati cin,,,,xixixi

      Hapus
  8. mba naooo.... suka suka suka...
    *judulnya kereennn juga.. :*
    telat banget yah aku..
    *celingat celinguk cari yang lain..

    BalasHapus

mohon masukannya, kritik pun boleh

boleh,boleh,boleh...