Kamis, 31 Januari 2013

Elegi Kupu Kupu Malam


Aku masuk ke dunia ini bukan karena keadaan ekonomi yang kacau. Tidak. Ibuku cukup mampu menyekolahkanku hingga aku sarjana tanpa aku harus bekerja. Ayahku meski jarang menemuiku namun suplai keuanganku tetap mengalir lancar. Lalu kenapa? Apa sebabnya? Karena aku memang dilahirkan sebagai pelacur, mungkin memang begitu.
Ibuku dulu berprofesi sama sepertiku namun ketika bertemu ayahku dia meninggalkan profesinya. Dia membuka sebuah butik sekarang. Ayah menikahi ibu tanpa sepengetahuan kakek dan nenek. Karena mereka tidak setuju perkawinan itu hingga akhir hayatnya. Setelah meninggal mereka pun tidak lantas menikah karena ayah telah menikah dengan wanita lain. Pilihan kakek. Kini mereka telah mempunyai seorang anak yang hampir seumuran denganku. Dia kuliah di universitas yang sama denganku.
  Malam ini aku telah di bayar dengan bayaran yang cukup besar untuk menemani seorang pria, menurut informasi yang kudapat dia tak pernah menyentuh tubuh wanita manapun. Benarkah? Masihkah ada pria didunia ini yang tidak pernah menyentuh tubuh wanita?
Aku akan memberikan penampilan yang terbaikku malam ini. Sebuah gaun hitam halter neck dengan aksen renda dipadu sepatu stiletto emas. Aku memang dibayar sebagai wanita penghibur. Pelacur seperti itulah mereka menyebutku.
Pukul 21.00 aku telah berada di hotel, sesuai kesepakatan aku akan diantar menuju kamar orang itu. Ya, itu orang yang membayarku. Sekali lagi aku meneliti penampilanku.
“Sudah siap?”, tanyanya.
“Kapanpun anda siap tuan.”
“Orang ini memang sedikit kaku namun dia suka wanita cerdas. Dia tak suka wanita yang terlalu manja. Kau tak perlu tergesa-gesa melakukan tugasmu. Aku harap kau berhasil membuat dia relaks sejenak, jauh dari pacarnya.”
“Dia sudah punya pacar?”
“Tablet dan laptop yang selalu menemaninya. Mereka adalah pacarnya.”
“Tuan bisa saja bercandanya.”
“Okay inilah kamarnya. Semoga berhasil”
Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.
***
Pria ini begitu dingin. Dia tak berbicara denganku semenjak aku masuk tadi. Aku hanya duduk disebuah sofa bersebrangan dengannya. Dua gelas wine telah aku teguk untuk menghilangkan rasa canggung yang tak pernah menghampiriku. Dia hanya melirikku sekilas lalu kembali sibuk dengan tabletnya.
Apakah ada wanita yang sanggup hidup dengan pria ini? Aku mencoba mengalihkan kegugupanku namun gagal. Aku sudah berpengalaman dalam hal ini. Namun mengapa di depannya aku begitu tak berdaya? Dia bahkan belum tersenyum sekalipun.
“Kau bisa melakukan hal apapun yang kau sukai tapi tolong jangan ganggu aku. Dan kau bisa langsung tidur kalau kau mau,” akhirnya dia mengeluarkan suara bass-nya.
“Aku dibayar bukan untuk tidur sendiri, tuan. Aku dibayar untuk menemanimu agar anda merasa nyaman dan rileks,” aku menyilangkan kakiku, berharap perhatiannya teralih padaku.
“Apakah mereka memberimu kamera saku atau sejenisnya untuk membuktikan bahwa kau benar benar telah menyelesaikan kewajibanmu?”
“Saya hanya berusaha menyeimbangkan apa yang saya dapat dengan apa yang telah saya berikan.”
Akhirnya dia mengalihkan pandangannya kepadaku. Oh Tuhan, mata itu indah sekali. Aku terasa membeku di hadapannya.”Kamu tak harus tidur denganku supaya sepadan dengan apa yang kau dapat. Kau cukup tidak bersuara dan tidur dengan tenang.”
Aku tak pernah terfikir akan mendapatkan jawaban seperti itu dari seorang laki-laki yang membuat jantungku acak-acakan seperti ini. Ku beranikan diri menghampirinya duduk disampingnya. Mencoba mengintip. Dia menatap tajam kepadaku.
“Apa yang kau lakukan?”
“Mencoba mengajakmu bicara. Bisakah seorang pelacur jatuh cinta?”
“Apakah pelacur itu manusia?” aku terkesiap mendengar jawabannya.
“Tentu saja. Jika pelacur bisa jatuh cinta. Bisakah kau jatuh cinta? Aku tahu kau seorang manusia.”
“Aku bisa jatuh cinta. Mengapa kau bertanya seperti itu?”
“Bagaimana kau bisa jatuh cinta? Kau menutup dirimu. Tak akan ada wanita yang berani mendekatimu dengan sikap sedingin ini?”
“Kamu tak tahu apapun tentang diriku jadi jangan menilai diriku. Aku saat ini sedang jatuh cinta dengan seorang wanita, wanita yang belum aku kenal sepenuhnya namun aku yakin aku bisa mendapatkan cintanya. Aku akan setia padanya.”
“Aku yakin dia akan menjadi wanita paling bahagia dicintai pria sepertimu. Asalkan kau tak membawa soulmate-mu ini saat kalian kencan,” kataku sambil menunjuk tablet yang dia pegang. Aku memberinya sebuah senyuman termanisku.
Diluar dugaanku dia tertawa. Tawanya terdengar renyah. Kami menghabiskan sisa malam itu dengan bercerita panjang tentang kehidupan kami, cita-citanya, impian-impiannya. Dia bersikeras mengantarkan aku pulang ke apartemen. Dia kaget. Aku tahu untuk pelacur sepertiku apartemen tempat aku tinggal terasa sangat berlebihan, ini semua karena ayah dan ibuku tidak ingin aku mengalami hal-hal buruk karena profesiku.
***
Setelah malam itu dia sering menghubungiku hanya untuk menghilangkan kepenatannya saat makan siang. Aku pun juga sudah tak menerima job lagi. Aku jenuh dengan kehidupan seperti ini. Aku mulai menginginkan kehidupan normal.
Kami sering menghabiskan akhir pekan bersama. Dia juga sering mengantarkan aku mengunjungi panti asuhan yang selama ini rutin aku kunjungi. Dia tampak muda dan bersemangat bersama anak-anak itu. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
“Apa yang ada di fikiranmu?”, dia meninggalkan anak-anak bermain sendiri.
“Kau tampak gembira dan lebih muda. Minumlah,” kataku sambil mengulurkan minuman kesukaannya.
“Terima kasih. Pernahkah kau bermimpi suatu saat akan seperti ini? Dengan anak-anakmu sendiri.”
“Entahlah. Aku tak pernah bermimpi untuk menikah. Dengan profesi yang aku anggap masa lalu itu. Mana ada pria yang akan mau menikahiku? Ha ha ha,” kataku tak acuh. Aku merasa dia memandangku cukup lama.
“Tatapanmu itu mampu membunuhku. Aku rasa ini sudah cukup sore. Aku harus segera menyelesaikan skripsiku. Aku harus lulus semester ini.”
“Ya, kamu harus segera lulus.”
Aku tak menanyakan apa maksud perkataanya itu. Kami salling diam bergelut dengan pikiran kami masing-masing hingga dia mengantarkanku hingga depan apartemenku. Ucapan selamat malam adalah kalimat perpisahan kami malam itu.
Setelah malam itu dia kami tidak pernah bertemu lagi selama dua bulan. Dia tak menhubungiku, aku juga tak mencoba melakukannya. Aku disibukkan dengan persiapan sidang skripsi akhir bulan ini. Jika tak ada halangan pertengahan bulan depan aku akan diwisuda.
Aku melewati sidang dan wisudaku dengan lancar. Ayah dan ibu menghadiri acara wisudaku. Ibu dan adik tiriku juga datang. Sebuah keluarga yang sempurna bukan? Kami merayakan kelulusanku dengan makan malam di sebuah restoran ternama. Awalnya aku menolak namun di acara makan malam ini juga akan hadir ibu dan adik tiriku, aku tak mungkin mengecewakan mereka, mereka telah begitu baik kepada kami, mereka merestui hubungan ayah dan ibu.
Malam itu ibu mendesakku untuk segera mencari lelaki yang serius. Keluargaku telah mengetahui aku telah meninggalkan duniaku. Aku tak mampu menolak permintaan ibuku, namun siapa yang mau menerima diriku dengan masa lalu yang tak lazim?
Aku tak sengaja memandang ke arah meja sebelah. Aku mengenali seseorang sedang makan malam sendirian. Pria yang membuat jantungku acak-acakan dengan matanya, pria yang senyumnya mampu membuatku jatuh cinta.
Sebuah sms aku terima setelah aku berada di kamarku. Dia mengundangku makan malam untuk perayaan kelulusanku. Aku bingung harus bagaimana namun akhirnya aku memutuskan untuk menerima undangannya.
Dia menjemputku seperti janjinya. Dia membawaku makan malam di sebuah restoran dengan pemandangan yang tak biasa. Restoran ini terkenal di kalangan muda yang ingin menyatakan cinta. Apakah dia? Aku langsung menepis jauh-jauh pikiran itu. Kami hanya teman tidak lebih.
Kami makan seperti biasanya, banyak bersenda gurau. Dia jauh lebih ceria saat ini. Hingga...
“Aku telah menemui orang tuamu.”
“A-apa???” tak percaya aku mendengar ucapannya.
“Aku meminta ijin untuk memperistri dirimu. Kau wanita yang mampu membuatku sadar bahwa aku tak sempurna, aku membutuhkan satu tulang rusukku yang hilang. Aku yakin kau tulang rusukku.”
“Ini begitu mengagetkanku. Sadarkah kau akan masa laluku? Aku tak percaya kau melakukan ini tanpa meminta pendapatku,” aku berlari meninggalkannya.
Aku meninggalkannya begitu saja. Aku tak membiarkannya menjelaskan semuanya. Aku begitu terkejut. Semuanya begitu tiba-tiba. Aku tau aku juga mencintainya tapi ada sesuatu yang mencegahku.
Aku memutuskan untuk menjauh darinya dan keluargaku. Mereka tak henti-hentinya membujukku. Aku sudah memutuskan.

Frans yang ku sayang,
Maafkan aku meninggalkanmu malam itu. Sungguh aku berat untuk menolakmu. Aku begitu mencintaimu, sangat. Namun rasa takutku lebih besar bila suatu saat aku menyakitimu. Aku takut masa laluku akan menyaktimu. Aku takut mereka akan menggunakan masa laluku untuk menghancurkanmu, masa depanmu, karirmu. Sungguh aku tak sanggup bila itu terjadi padamu. Kamu tak pantas mederita karena diriku.
Aku akan menjauh darimu, kehidupanmu. Aku ingin kau mencari wanita lain yang lebih pantas mendapatkanmu. Lebih aman untuk karir dan masa depanmu.
Jangan mencariku. Berbahagialah Frans. Aku sealalu berdoa untuk dirimu
                                      Arneta, yang mencintaimu.


Aku telah masuk ke dalam taksi yang akan mengantarkanku ke bandara. Aku akan pergi jauh, ke tempat dia takkan pernah menemukanku. Aku telah menghubungi ayah dan ibu. Mereka tak bisa mencegah kepergianku. Aku berjanji akan sering memberi kabar pada mereka.
TAMAT

Kamis, 17 Januari 2013

MISSING


Please, please forgive me,

But I won't be home again.
Maybe someday you'll look up,
And, barely conscious, you'll say to no one:
"Isn't something missing?"

You won't cry for my absence, I know -

You forgot me long ago.
Am I that unimportant...?
Am I so insignificant...?
Isn't something missing?
Isn't someone missing me?

Even though I'm the sacrifice,

You won't try for me, not now.
Though I'd die to know you love me,
I'm all alone.
Isn't someone missing me?

Please, please forgive me,

But I won't be home again.
I know what you do to yourself,
I breathe deep and cry out,
"Isn't something missing?
Isn't someone missing me?"

And if I bleed, I'll bleed,

Knowing you don't care.
And if I sleep just to dream of you
I'll wake without you there,
Isn't something missing?
Isn't something...

Tanda Tanya

Maafkan aku,,,
Hanya itu yg mampu terucap dari bibirku, aku telah mengembalikan semua kepadamu,cinta,kasih sayang, perhatian, sakit hati, bahkan cincin pertunangan kita kini telah kembali padamu. Aku tahu kamu pasti sedang kebingungan mencari keberadaanku. 
Aku mungkin terlalu tega kepadamu yang telah begitu banyak berkorban untukku. Aku yang tak tahu terima kasih. Menyakitimu terlalu dalam hingga aku tak menyadari telah menyakitimu.

***
Mungkin inilah balasan yang harus aku terima karena meninggalkannya. Meninggalkan cinta sejatiku, cinta yang mencintaiku pula. Aku terpuruk dalam jurang kesedihan yang dalam. Aku meninggalkan dunia putih

Dia kini telah bersama wanita lain, sahabatku, yang juga mencintainya, lebih bisa membahagiakannya. Aku tak sanggup berkata aku lebih mencintai pria itu karena pada kenyataanya aku lebih memilih meninggalkannya.

Kini disinilah aku berada. Berteman dengan dunia malam, dunia pelarianku. Aku berteman dengan gemerlap lampu disko, asap rokok, hentakan musik, alkohol, dan pria ini, pelarianku yang lain, boleh dikata sedikit nakal.

Dia bukan pria satu satunya yang aku kenal yang mengenalkan aku pada duniaku sekarang. Namun dia pria satu satunya yang mampu membawaku mengenal sedikit cahaya. Aku heran kepadanya. Begitu banyak penolakan yang aku berikan kepada banyak pria, cuma sedikit yang mampu bertahan, dia? dia lulus dengan tanpa cela. Dia begitu sabar, bahkan dalam mabuknya.

Dan disinilah kami berakhir, kamar yang begitu pengap, penuh asap rokok dan alkohol. Dia masih tertidur. Aku memutuskan merokok sambil menikmati suasana pagi. Aku harus segera pergi. Aku tak mau dia bangun sebelum aku pergi dari sini. Itu bukan kebiasaanku.

Aku segera berpakaian, mengemasi barang barangku secepatnya saat dia sedikit menggerakkan badannya. Diluar kebiasaannya dia langsung bangun mendengar kenop pintu terbuka. Dia langsung menghambur memelukku, dia menangis.
Apa aku ditakdirkan membuat setiap pria yang mencintaiku menangis?

When You Luv Someone,,,


Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu. 

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,"Bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,"Bolehkah aku memelukmu?"
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan menggenggam erat tangannya... 

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "Sudahlah, jangan menangis”.
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis di pundakmu sambil berkata, "Mari kita selesaikan masalah ini bersama - sama." 

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Ia sangat cantik dan menawan." SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, "Buatku dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku.." 

Pada saat orang yang kau SUKAi menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANGi menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAi menyakitimu, kau akan berkata, "Tak apa dia hanya tak tau apa yang dia lakukan." 

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA memilih.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus... 

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana keadaanmu. 

SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.

Diantara ketiga hal tersebut,yang mana akan kau berikan kepadaku? 

A


Sayang,
Bukan masalah waktu kita bertemu, tapi pada kenyataanya banyak kenangan pahitku yang menghalangiku tuk terus melangkah…
Berat rasanya menahan diriku tuk tak menyentuhmu, namun lebih berat lagi saat aku harus membawamu masuk ke dalam kehidupanku…
Ku tak pernah tahu seberapa gelap hidupku saat ini…
Ku jauh dari Tuhan, penciptaku…
Ku tak pernah yakin apa yang bisa kuberikan untukmu…
Mungkin dengan ku melepasmu, ku dapat terus bersembunyi di kamar gelap ini…
Ku takut akan terang…
Aku takut jurang…
Aku takut memulai sesuatu jika pada akhirnya akan kehilangan…
Ketakutanku mungkin tak beralasan bagimu…
Namun inilah kata hatiku yang terus bersuara…
Ku masih suka dengan vampire, gelap, anggun, romantic, penuh tanda Tanya…
Ku masih suka pantai, satu satunya terang yang aku sukai…
Aku masih punya harapan suatu saat nanti kamu dan aku di tempat yang tak kutakuti, bergandeng tangan, berjalan hingga ujung… tak terpisah
Dirimu bukan romantic people, bukan seseorang dengan penampilan yang menarik,,,
Amburadul malah…
Namun aku suka senyummu…
I want fall in love with you in every minute…
I love you

Always missing you, baby
Pray for your future life

When The Cherryblossoms Fall


Curahan hati si wanita,
Sungguh aku tak tau apa yang harus kuperbuat. Wanita itu begitu pantas untukmu. Dia wanita sempurna. Dia tak kalah cantik dengan wanita asli Jepang. Kulitnya putih seputih batu pualam. Wajahnya jernih sejernih air. Bibirnya merah merona bahkan tanpa polesan lipstick. Tubuhnya indah, seindah peragawati yang sering aku lihat di pagelaran busana para perancang yang terkenal itu. Kakinya, ya Tuhan, kakinya itu impian para wanita.
Sungguh betapa aku merasa sungguh tak sebanding dengan dirinya. Dirinya bidadari yang turun dari kahyangan, diutus sang dewa hanya untuk memanimu sepanjang hidupmu. Kau yang begitu tampan rupawan. Tubuhmu begitu sangat menarik karena kau tak pernah melewatkan jadwal  gym-mu.
Aku tak berdaya melihat kalian. Aku begitu hancur hingga aku lupa caranya mengatakan kepadamu bahwa aku begitu tersiksa. Kau memintaku menjadi fotografer prewed kalian. Apakah ini caramu menghancurkan aku yang telah hancur? Tak cukupkah hatiku hancur? Aku harus bagaimana?
Ini adalah perayaan Hanami, perayaan mekarnya bunga sakura, di awal bulan April. Bagaimana aku harus bersikap? Kalian begitu sempurna satu sama lain. Apakah kau sengaja memilih Hanami? Tak ingatkah kau perayaan Hanami tahun lalu? Kau dan aku disini, bersama, berpelukan, mengucap janji takkan ada cinta lain selain diriku. Namun apa sekarang?
Dia menggunakan yukata yang sangat indah. Yukata yang dulu pernah sangat amat kuinginkan. Yukata berwarna biru langit dengan motif bunga sakura yang sedang gugur. Yukata itu sangat pas melekat di tubuhnya. Dia sangat anggun dengan payung yang kau lukis sendiri, dulu itu untukku. Aku tak sanggup melihatnya!!!
Kau memakai jas yang sengaja aku belikan untukmu tepat setahun yang lalu. Jas yang menurutku saat itu sangat cocok untukmu, dengan berat hati ku akui pendapatku saat itu tak salah. Kalian saling mengagumi satu sama lain.
Pandanganmu tak teralihkan darinya sejak dia keluar dari ruang rias. Dia begitu mempesonamu, tidakkah kau sadar? Dia berjalan begitu anggun menuju dirimu. Memberimu senyum terbaiknya. Aku harus bekerja secara professional meski hatiku luluh lantak, tubuhku seakan lumpuh. Aku tetap mengarahkan pose kalian agar pemotretan ini tidak mengecewakanmu, menghargai kepercayaanmu yang sangat menghancurkanku.
Sentuhan-sentuhan kecilmu sangat berharga untuk pemotretan ini. Aku akan menciptakan moment-moment tak terlupakan untuk kalian, sebagai hadiah dariku tentunya. Aku hanya ingin kalian menikmati perayaan Hanami secara natural seolah aku dan kru-kru lain tak pernah hadir disini. Kalian sungguh menikmatinya, itulah yang tertangkap kamera yang tak henti-hentinya membidik kalian sebagai objek.
Kau memang seorang aktor professional. Kau bahkan sama sekali tak membutuhkan arahanku. Sungguh bodoh diriku. Kau memang aktor yang sangat berbakat. Kau aktor yang sangat dikagumi saat ini. Kau pantas mandapatkan nona muda nan kaya pewaris tunggal perusahaan pertelevisian terkenal di  Jepang.
Sikapmu sangat menyiksaku. Kau memeluk gadis itu dengan pelukan memaksamu nan posesif, ciri khasmu. Cara matamu memandangnya menyiratkan akan kebutuhan. Caramu berbicara padanya menyiratkan penekanan-penekanan khusus. Cara tubuhmu berbicara seolah kau takkan rela dan takkan terpisah darinya. Aku melihat kebutuhanmu akan dirinya. Itu menghancurkanku!!!
Kau bahkan tak segan-segan menciumnya di depanku, ciuman yang kadang sangat memaksa. Dia pun terlihat sangat menikmati apa yang kau berikan. Dia tak malu-malu lagi memberikan respon saat kamera menyorotmu, memberikanmu semangat tersendiri.
Aku ingin berlari menjauh dari semua ini. Aku tak sanggup lagi Tuhan. Ini baru awal dari siksaanmu, sangat amat menyiksaku, secara perlahan kau akan membunuhku. Kau berencana melanjutkan pemotretan prewed ke sebuah ballroom hotel, tempat kau akan menyelenggarakan pernikahan. Ada konsep lain yang kau persiapkan? Aku telah melihat ruangan itu kemarin. Aku masih belum bisa menebak apa maumu.
Kau ingin menampilkan foto-foto kalian saat menyuguhkan tarian dari negri matador,Spanyol. Paso doble dan Tango. Hatiku berhenti berdetak saat itu juga. Tarian ini membutuhkan kontak fisik dan chemistry yang begitu kuat, aku tak menyangsikan kalian, aku menyangsikan kemampuan diriku sendiri untuk tetap bertahan dengan kameraku. Kalian masuk ke ruangan setelah aku siap dengan kameraku yang tlah aku set untuk menangkap moment-moment penting ini. Aku berupaya keras mengatur pernafasanku. Kau menyadari ketidaknyamanku!
Musik pengiring telah mengalun. Kau melirikku sekilas, matamu mengatakan sesuatu kepadaku, dan aku tak mengerti isyarat matamu itu. Kau memang mahir berdansa. Dia terlihat begitu kewalahan menghadapi aksimu. Ada sedikit senyum ku persembahkan padamu, entah kau menyadarinya atau tidak. Kau memutarnya kesana kemari. Membuat ombak-ombak indah dari rok yang dia kenakan. Kau membuatnya berlutut, memohon menginginkan dirimu seutuhnya. Sungguh sebenarnya kau membuat dia memohon, dengan amat sangat jelas aku membacanya, bahwa dia menginginkanmu. Apakah itu sebuah tanda? Sebuah keangkuhan pria di depan wanita yang memujanya.
Irama musik tlah berganti. Kostum kalian pun sudah berganti.  Irama tango yang rancak membuat kalian semangat, yang artinya semakin membuatku lemah hingga aku tak mengenali jenis tango yang kalian bawakan. Tubuh kalian meliuk seirama dengan musik. Kakinya melilit padamu menunjukkan kedekatan. Aku berusaha keras mengontrol cemburuku. Kau menampilkan tarian favorit kita, dulu, yang mengantarkan dirimu masuk dunia entertainment. Kalian semakin mendekat. Kameraku tak henti-hentinya menangkap moment-moment kedekatan kalian.
Musik tlah berhenti namun kedekatan kalian tak berhenti. Kalian menghampiriku, melihat hasil dari hari ini. Kalian mengatakan betapa puasnya kalian akan karyaku. Kalian tidak salah mempercayakan hal ini kepadaku. Aku memalingkan pandanganku akan kemesraan yang kalian tunjukkan padaku.
Aku tlah memutuskan untuk menolak permintaanmu untuk mendokumentasikan pesta perayaan pernikahan kalian. Aku ingin menemani keluargaku merayakan festival Doyo no Ushi no Hi. Hari berkumpulnya keluarga besar kami, memasak ikan lele bakar yang dibumbui saus teriyaki yang manis dan asin, yang tak boleh dilewatkan satu anggota keluarga pun. Memang pernikahanmu tidak dirayakan hari itu namun aku ingin menghindar darimu, toh kesepakatan awal hanya untuk prewedbukan?
Di hari sabtu terakhir  bulan Juli, saat festival Kembang api Sumida. Kau menyelenggarakan pesta kalian secara meriah di hotel paling mewah di pinggir sungai Sumida ini. Aku telah jauh-jauh hari mengirimkan foto-foto yang telah kalian pilih untuk tampil menyambut tamu undangan kalian di loby hotel. Hotel itu begitu indah dan wangi di hiasi bunga-bunga. Mawar putih, krisant dan lili gunung bertebaran dimana-mana. Apa alasanmu memilih bunga-bunga ini? Yang seperti kau tahu aku menginginkan bunga-bunga ini ada di pernikahanku. Dia bukanlah penggemar bunga-bunga ini. Dia lebih suka mawar merah dan segala jenis anggrek.
Aku pergi sesaat setelah kau tiba dengan jas pengantin yang begitu pas kau kenakan. Tersirat kesedihan terpancar dari matamu, yang kau beruhasa menutupi dengan senyum palsumu, aku-sangat-hafal. Aku berdoa untuk kebahagiaan bersama wanita itu. Aku berpapasan dengan pengantinmu sesaat sebelum meninggalkan lobi hotel. Dia begitu cantik dengan gaun pengantin yang sederhana namun memancarkan aura kecantikan dan keseksian yang positif darinya. Aku yakin kalian akan menjadi pasangan pengantin favorit tahun ini.
Aku harus cepat menuju kantorku. Sekretarisku mennggu disana. Ada sebuah paket yang harus aku ambil, seseorang mengirimnya untukku.
Curahan hati si pria,
            Sesungguhnya bukan hanya dirimu yang tersiksa, aku juga tersiksa. Ini bukan keputusanku. Aku melakukan ini karena ayahnya mengancam akan menghabisimu. Aku takut terjadi sesuatu akan dirimu. Aku tak sanggup hidup jika harus melihatmu sengsara. Putrinya tergila-gila padaku. Dia terobsesi padaku. Maafkan aku melibatkanmu dalam kesengsaraan ini. Tidakkah kau lihat penderitaanku?
            Aku membuat setiap moment yang kau abadikan sesuai harapanmu, bukan harapannya. Dia sungguh tak menyukai ide-ideku, yang dia sukai adalah diriku, tubuhku. Aku ingin setiap ingatan  hanya ada dirimu seorang. Tidakkah kau lihat betapa dia begitu liar saat paso doble? Ya, aku membuatnya sangat amat menginginkanku. Aku ingin menunjukkan betapa liarnya dia. Betapa berbedanya dia dengan dirimu. Kau begitu anggun dengan paso doble dan tango namun dia? Liar.
            Tidak sadarkah engkau aku sungguh sangat mencintaimu. Aku menginginkan pernikahan sama seperti impianmu. Tadinya dia menolak, dia menginginkan nuansa merah di pernikahannya, betapa jelas liarnya dia. Aku bersikeras, pilihanku atau tidak sama sekali! Dia menyerah karena obsesinya.
            Dia bahkan tak sadar moment-moment kebersamaan kami hanyalah pelampiasan kekecewaanku akan berakhirnya hubungan kita, dan anehnya dia justru suka dan tergila-gila dengan caraku memperlakukannya.
            Dia bahkan tak menyadari betapa aku sangat memujamu, tak bisa lepas dari dirimu, bahkan bayanganmu. Aku selalu menyebut namamu di setiap hembusan nafasku,di  setiap klimaksku, di setiap kedekatan kami. Jahatkah aku? Kejamkah aku?
            Hari ini hari perayaan pesta pernikahan kami. Lihatlah betapa ini sangat sesuai impianmu. Mawar putih, krisant dan lili gunung, bungamu. Aku tak mengijinkannya mengambil bagian sedikitpun dalam pesta ini. Akulah yang memegang kendali. Aku akan terus memegang kendali, menyiksanya, bahkan dengan cara yang amat dia sukai. Akan kubuat dia begitu memujaku, tak melupakanku walau hanya satu menit dalam seharinya. Akan kubuat dia begitu tergantung padaku. Malam itu aku berhasil. Aku meraih kemenangan akan kita.
            Tahukah kau aku kemarin mengirimkanmu yukata, milikmu. Sebenarnya yukata yang dia pakai adalah tiruan dari yukata-mu. Dia menginginkan milikmu saat dia dengan lancang membuka lemariku, lemari khusus untukmu suatu saat nanti. Miliknya sangat murahan bila dibandingkan dengan dirimu. Aku ingin melihatmu mengenakan yukata itu lagi saat Hanami, apa itu mungkin?
            Pagi ini aku kehilangan jiwaku dengan kepergianmu dari dunia ini untuk selama-lamanya. Aku kosong. Karyawan hotel menemukanmu tak bernyawa di lantai kamar hotel. Tepat disebelah kamarku. Apa yang kau perbuat. Kau menelan AS2O3, racun yang mematikan walau kau menelannya hanya sekecil pasir. Kau memakai yukata itu. Kau berdandan sangat cantik tapi juga sangat pucat. Kau menyebarkan banyak  kelopak bunga mawar merah di seluruh lantai kamar, bunga yang kau benci.
            Aku tak tahu apa yang harus ku perbuat. Aku lupa cara menangis. Aku orang tanpa emosi saat ini, sejak kau meninggalkanku sendirian di dunia ini.

PS        :           Sang lelaki di temukan tewas , di tempat yang sama, dengan cara kematian yang sama, dengan pakaian pengantin pria tepat setahun peringatan kematian sang wanita.